Senin, 24 November 2008

Heboh Penambangan Emas Di Krueng Sabee


Gunong Ujeuen Diserbu

Serambi ; 20/11/2008

CALANG - Gunong Ujeuen, sebuah kawasan pegunungan di Desa Panggong, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, sejak dua pekan terakhir menjadi buah bibir. Kawasan pedalaman yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Kota Calang (ibukota Aceh Jaya) itu diserbu masyarakat dari berbagai penjuru untuk mencoba peruntungan mendapatkan bijih emas dari ongkahan-bongkahan batu. Wartawan Serambi, Muhammaddiyah Nurdin dan fotografer Muhammad Anshar, Sabtu 15 November berangkat ke Calang dan selanjutnya ke Gunong Ujeuen untuk melihat secara langsung geliat masyarakat melakukan aktivitas penambangan emas secara tradisional.

Jarak Calang-Panggong 24 kilometer dengan kondisi ruas jalan berbatu. Selanjutnya dari Panggong ke Gunong Ujeuen (lokasi penambangan) sejauh enam kilometer melewati bekas jalan HPH yang naik turun dan dipenuhi kubangan lumpur yang kedalamannya mencapai 50-70 centimeter. Untuk mencapai Gunong Ujeuen, selain dengan jalan kaki juga harus menggunakan kendaraan khusus berpenggerak empat roda.

Di Gunong Ujeuen, saat ini ada empat titik penambangan rakyat dengan jarak antara 500 meter hingga 1 kilometer dari satu titik ke titik lainnya. Jika melihat dari atas, kawasan pegunungan itu bagaikan dikerumuni jutaan semut. Seribuan manusia, mulai anak-anak hingga orangtua, setiap hari menggali tanah mencari bebatuan emas. Bahkan, masyarakat dari luar Aceh Jaya, juga tidak mau ketinggalan merambah ke kawasan itu. Masyarakat setempat sangat terbuka, asal bisa menyesuaikan dengan ‘aturan’ yang mereka buat.

Masyarakat luar daerah yang ikut menyerbu ke Gunong Ujeuen, di antaranya dari Aceh Barat Daya (Abdya), Aceh Selatan, Aceh Barat, Singkil, dan Pidie. Masyarakat pendatang tinggal di rumah sanak famili atau kerabat dekat di Kota Calang atau Krueng Sabee.

Untuk masuk ke kawasan Desa Panggong atau lokasi penambangan tidak mudah karena harus melewati pos penjagaan oleh warga setempat. Penambang yang ingin memasuki lokasi harus meninggalkan indentitas diri, seperti KTP.

“Siapapun yang ingin ke lokasi melakukan penambangan, silakan saja. Akan tetapi, para penambang harus tinggalkan KTP. Tujuannya agar jumlah penambang bisa dikontrol dan bisa dicari kalau tidak kembali,” kata Irwansyah, tokoh pemuda setempat.

Di lokasi penambangan, tidak diperbolehkan bermalam dengan alasan keamanan. Bahkan di kawasan dekat pertambangan emas itu ada bekas gubuk terbakar. Gubuk itu dibakar warga agar tidak ada yang menginap. “Dulu ada masyarakat membandel, pada malam hari masih menambang. Kita khawatir mereka dimangsa binatang buas seperti harimau atau terkubur tanah galian saat menambang. Gajah juga sering berkeliaran di lokasi itu,” ujar Irwansyah.

Karena dilarang bermalam, maka setiap sore terlihat rombongan penambang keluar dari lokasi sambil menggendong atau menjunjung goni berisi batu untuk dibawa ke lokasi-lokasi penggilingan batu yang semakin menjamur di Kecamatan Krueng Sabee. Dari dalam batu itulah––jika memang beruntung––mereka mendapatkan bijih-bijih emas untuk penyambung kehidupan.

Ritme kehidupan benar-benar telah berubah di sebuah kawasan pedalaman Aceh Jaya bernama Gunong Ujeuen. Jika dulu warga setempat menggantungkan hidup dari hasil hutan––terutama kayu––kini harapan untuk berubah mulai memancar dari bongkah-bongkah batu.